3 Okt 2017

[Pustaka Kamil] Fundraising apa 'Fun'Draising?



Tulisan ini sebenarnya untuk pustaka Kamil, tapi karena nggak terbit-terbit, tak apalah ditulis disini... meski modelnya curhat, semoga ada hikmah yang bisa diambil.. 

Dimanapun, sedikit banyak urusan uang selalu sensitif. Apalagi jika kita ditarget untuk mencari uang dengan jumlah tertentu, bukan untuk dinikmati sendiri tapi untuk orang banyak. Maka keikhlasan adalah benih yang harus selalu disiram agar tumbuh dan berkembang. Well, inilah departemen kami, Fundraising (FR), departemen yang memiliki tujuan utama menyediakan supporting dana untuk keberlangsungan kegiatan KAMIL. Kalau kau ingin belajar tentang kerjakeras, kesabaran, kegigihan, konsistensi, menejemen waktu, dan beragam tempaan mental disinilah tempatnya. Berbeda dengan departemen lain yang umumnya memiliki kesibukan terjadwal, yakni menjelang dilaksanakannya suatu proker, maka departemen FR memiliki kesibukan rutin, namun insidental. Bekerja dibelakang layar, nampak santai dan ceria, tapi jangan ditanya bagaimana mereka mengeja tiap detik dengan kepala penuh tanya, “target apa kabar?”, “usaha apa lagi ya?”, “tagihan? Pesanan?”. Maka, kebersamaan, keceriaan, dan kepedulian menjadi faktor mutlak yang harus ada di departemen ini. Menjadi embun yang menyejukkan tatkala fisik, pikiran dan hati mulai lelah. Ah, andai saja Allah tidak memilihkan pejuang-pejuang tangguh untuk mengusung amanah ini, mungkin departemen FR hanya tinggal nama. Ceilee..

Borneo, I'm Coming...


Alhamdulillah, Sabtu, 30 September 2017 kemarin diberi kesempatan oleh Allah untuk memulai petualangan baru. Amanah baru ditempat yang baru. Akhirnya... ini adalah pulau besar ketiga di Indonesia yang aku kunjungi. Setelah Jawa, pulau kelahiran, Sulawesi, yang dikunjungi buat kondangan (demi apa coba... demi gratisan.. haha), dan sekarang Kalimantan.

Ceritanya, sejak beberapa tahun lalu, ketika tahu ITS punya adek di Kalimantan sudah sempat terbersit untuk mencoba berbagi ilmu di tempat itu. Alasannya sederhana, penasaran dengan kehidupan di luar pulau Jawa, pengen menjelajah Indonesia, pengen coba tantangan baru, (gak ada sedikit alasanpun yang berhubungan dengan berbagi ilmu.. haha). Dan well, meski keinginan itu tidak cukup kuat, Allah ternyata menghendaki hal itu terjadi. Lulus dari ITB, seperti kebanyakan fresh graduate, aku juga mulai disibukkan dengan keinginan bekerja. Apalagi saat itu kondisi keuangan, baik pribadi maupun keluarga, sedang mengering. Maka satu-satunya yang ada di pikiranku saat itu adalah segera bekerja, bekerja, dan bekerja ( sampai-sampai keinginan menikah yang sempat menguat di akhir masa S2 sedikit terabaikan, wkwk). And here I am... duduk di antara para pengajar Institut Teknologi Kalimantan.

26 Jul 2017

Jarak




Jarak. Kalau dipikir-pikir dalam sebuah hubungan jarak tak selalu berarti negatif. Terkadang kita butuh jarak untuk menumbuhkan rasa-rasa yang tersembunyi saat kita terlalu sering bersama. Bagaimana rindu akan tumbuh jika tiap saat kita bertemu. Seperti kata orang, kita seringkali baru sadar sesuatu itu berarti saat kita sudah kehilangan.

Jarak juga bisa menjadi tabir akan keburukan seseorang. Intensitas pertemuan yang rendah memungkinkan seseorang untuk hanya melihat hal-hal baik pada orang lain. Sebab, hal-hal buruk seringkali baru tampak saat kita berinteraksi dengan seseorang dalam waktu lama. Saya merasakannya sendiri. Ada beberapa orang yang kurang klop dengan saya saat kami berada di instansi yang sama. Banyak sekali hal-hal yang tidak saya sukai darinya. Bisa jadi ini karena hati saya yang kotor. Sehingga cederung memandang negatif seseorang. Tapi intinya ada saja yang membuat kami bercekcok dan berujung pada ketidakharmonisan hubungan kami. Hingga akhirnya suatu saat saya harus keluar dari instansi tersebut. Lama tak berjumpa membuat saya sedikit demi sedikit melupakan hal-hal yang saya pandang negatif tentangnya. Mungkin begitu juga dengannya. Sehingga saat kami kemudian terlibat komunikasi lewat media sosial, kami cenderung bersahabat.

6 Jun 2017

Izinkan Aku Baper




Izinkan aku baper...
Untuk suatu malam yang mendekap hangat ikatan ukhuwah
Bersama kalian aku tak selalu tertawa
Tapi adanya kalian adalah alasanku untuk bahagia
Aku suka, bahkan mulai rindu dengan konflik-konflik kecil kita
Saat kesal bahkan tak mampu menyurutkan rasa sayang
Saat marah bahkan tak kuasa memicu kata pisah
Sebab yang menyatu adalah hati, yang diikat dengan tali suci tak kasat mata
Sebuah jalinan yang dipilin oleh waktu
Dieratkan dengan kepercayaan dan kepedulian yang berpadu
Andai kelak dunia membuat kita terpisah
Semoga hati tetap membisik doa
Untukmu, untuk kalian para saudara
Mari berjanji bertemu di surga

Senin, 5 Juni 2017

4 Jun 2017

From My Sukulen


Fainna maál úsri yusraa. Inna maál úsri yusraa..

Maha benar Allah dengan segala firmanNya.

Alhamdulillah, Alhamdulillahi Rabbil Áalamiin... seakan tak cukup syukur terucap atas semua kemudahan yang Allah berikan. Dia yang memberi solusi bagi tiap masalah. Dia yang menjadikan hati berada dalam ketenangan. Dia yang menanamkan kepercayaan diri.

Saya ingat sebuah pengalaman yang menyadarkan saya tentang kuasaNya. Bahwa tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Bahwa bagi tiap kesulitan ada kemudahan. Bahwa bagi tiap masalah ada solusi. Bahwa nikmat Allah lebih berlimpah dari ujianNya.

16 Mei 2017

Tentang Ukhuwah



Kutitipkan salam pada rindu yang diam-diam merayap
Rindu yang tak pernah terucap, tak pernah tersampaikan
Kutitipkan salam pada lirih doa di kesunyian
Doa yang kuharap menyentuh langit, memantul pada hati yang dikasih
Sebab caraku berukhuwah tak berlisan
Caraku mengasihi tak harus menuai kasih
Pada diam, pada sunyi... kubisikkan namamu pada Rabbku...

Persahabatan, persaudaraan, entah bagaimana bisa menjadi perasaan yang begitu emosional. Saya ingat seorang teman yang cerita kalau dia pernah menangis karena merasa kakak yang selama ini perhatian padanya jadi lebih perhatian ke orang lain. Menjadi biasa jika ini adalah kakak kandungnya, tapi ini kakak ketemu gede. Seseorang yang lebih tua, akrab, lalu dianggap kakak. Sering juga dulu waktu di pesantren denger konflik kakak adek dari anak-anak yang tinggal di pondok. Lagi-lagi ini kakak adek ketemu gede. Saya nggak habis pikir bagaimana bisa seseorang cemburu kepada orang yang dianggap kakak/adek itu. Sedalam apa sebenarnya perasaan yang tumbuh diantara mereka.

9 Feb 2017

Surat untuk Ibu, Bapak...







9 Februari 2017

Assalamuálaikum wr. wb.

Ibu.. Bapak.. hari ini izinkan putrimu menuliskan sebuah surat. Surat yang ditulis di tengah hiruk pikuk aktifitas kampus yang penuh aura ilmu. Putrimu ini tengah menyendiri. Di sebuah ruang tertutup tempat mahasiswa berdiskusi. Ruang ini sering kosong. Dan itu yang aku cari, duduk dalam sepi, tenggelam berkutat dengan tugas dan hobi. Sebuah kursi putar menemani. Terkadang sekelebat angan menghampiri. Tentang sebuah masa di ruang pribadi. Aku selalu ingat mimpi ibu. Melihatku berangkat kerja dengan seragam rapi, menaiki motor metic hasil keringat sendiri. Ah ibu... sesederhana itu mimpimu. Semoga aku mampu mengabulkannya suatu saat.

Ibu.. bapak.. salah satu hal terbaik yang Allah berikan kepadaku adalah terlahir sebagai putri kalian. Sepasang orang tua yang hebat dengan ketidakhebatannya. Jika aku harus menilai kebahagiaan dengan harta, maka seharusnya aku mengutuk terlahir dari seorang bapak pekerja serabutan dan ibu yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Tapi nyatanya kehidupan sederhana tak pernah menyurutkan senyum di bibirku. Justru itulah kekuatanku, kebangganku.

8 Feb 2017

Menyibak Kenang S1




Mumpung ada waktu kosong dan tetiba rindu masa-masa S1. Rasanya perlu juga sekali-kali mengulang kembali masa-masa S1 lewat rentetan kata-kata. Semoga ada hikmah yang bisa diambil orang lain yang membaca.

S1 tahun 2008, artinya aku berusia 18 tahun. Usia yang matang menurutku saat itu, tapi setelah 9 tahun berlalu aku bisa katakan itu usia yang masih sangat labil. Begitupun segala sikap dan tindakan yang kulakukan. Dengan kacamata seorang wanita berusia hampir 27 tahun, aku saat itu masih kanak-kanak. Yah, meskipun sampai sekarang aku juga belum bisa dibilang dewasa.

Menceritakan kisah selama 4 tahun mungkin akan membutuhkan ribuan lembar. Maka pada tulisanku kali ini aku ingin lebih fokus pada hal-hal yang terbersit dalam ingatanku sekarang.
Masih seperti sekarang, aku dulu adalah seorang melankolis-sanguinis. Hanya saja, sisi melankolis jauh lebih besar daripada sanguinis. Perasa, teratur, terencana, mengayomi, dan tentu saja gampang baper adalah gambaran diriku yang lebih dominan. Maka, dalam kurun waktu itu, aku beberapa kali mengambil keputusan besar sebagai hasil perencanaanku. Aku adalah seorang mahasiswa study oriented sekaligus aktivis. Bagaimana bisa? Nyatanya bisa. Hahaha

17 Jan 2017

Di Ujung Jumpa


Jika kau kenal aku sebagai sosok yang tak pandai berkata manis maka kau benar
Sebab aku selalu merinding saat mengatakan hal-hal yang bersifat melankolis
Jangankan berucap tentang kasih sayang, hanya untuk menyatakan rindu saja aku enggan
Tapi tak berkata bukan berarti tak merasa
Aku meyakini bahwa semakin dalam suatu rasa, maka semakin sulit ia dikata
Andai saja tak ada takut akan berpisah, kan kusimpan rapat semua rasa
Biarkan semua menjadi rahasia, cukup kusebut dalam doa
Tapi kita berada diujung jumpa, maka biarkan aku memberi alasan untuk dijaga
Kawan, aku tak pernah serius membuatmu kesal, aku hanya senang melihat wajah cemberutmu
Jika aku menjatuhkanmu dalam canda, maka itulah cara bodohku memujimu
Jika aku bersikap acuh, maka itu gengsiku yang menutupi rindu
Ketika kau bersedih, dan aku justru menggodamu, itulah caraku menghiburmu
Jika aku marah padamu, maka sungguh kemarahan itu hanya sejengkal
Kawan, di simpang jalan ini... aku tak tau apa kita akan berjumpa

Maka izinkan aku mengucap kata... uhibbukum fillah...