3 Okt 2017

Borneo, I'm Coming...


Alhamdulillah, Sabtu, 30 September 2017 kemarin diberi kesempatan oleh Allah untuk memulai petualangan baru. Amanah baru ditempat yang baru. Akhirnya... ini adalah pulau besar ketiga di Indonesia yang aku kunjungi. Setelah Jawa, pulau kelahiran, Sulawesi, yang dikunjungi buat kondangan (demi apa coba... demi gratisan.. haha), dan sekarang Kalimantan.

Ceritanya, sejak beberapa tahun lalu, ketika tahu ITS punya adek di Kalimantan sudah sempat terbersit untuk mencoba berbagi ilmu di tempat itu. Alasannya sederhana, penasaran dengan kehidupan di luar pulau Jawa, pengen menjelajah Indonesia, pengen coba tantangan baru, (gak ada sedikit alasanpun yang berhubungan dengan berbagi ilmu.. haha). Dan well, meski keinginan itu tidak cukup kuat, Allah ternyata menghendaki hal itu terjadi. Lulus dari ITB, seperti kebanyakan fresh graduate, aku juga mulai disibukkan dengan keinginan bekerja. Apalagi saat itu kondisi keuangan, baik pribadi maupun keluarga, sedang mengering. Maka satu-satunya yang ada di pikiranku saat itu adalah segera bekerja, bekerja, dan bekerja ( sampai-sampai keinginan menikah yang sempat menguat di akhir masa S2 sedikit terabaikan, wkwk). And here I am... duduk di antara para pengajar Institut Teknologi Kalimantan.



Hidup di Kalimantan tidak terlalu sulit menurutku. Cuaca cukup bersahabat, orang-orangnya relatif ramah, intinya aku betah-betah saja tinggal disini. Apalagi Alhamdulillah, dapat kontrakan berdua dengan teman yang relatif murah dan baguuuusss banget. Tapi entah kenapa sejak awal keberangkatan banyak hal-hal yang menguji kesabaran terjadi.

Dimulai dari saat naik pesawat, karena enggan cepat-cepat pisah sama keluarga akhirnya aku telat check in, akibatnya nggak bisa masukin bagasi. Mana diobrak-obrak sama mas petugasnya dibilang bentar lagi boarding. Jadilah aku lari-lari bawa trolly sambil nelponin orang tua yang masih nunggu diluar. Di pintu exit aku tinggalin gitu aja trolly nya begitu melihat ibuku sudah berjalan ke arah pintu, padahal masih jauh. Aku lalu lari-lari ke gate 7-8. Sampe di dalam makin panik karena udah nggak ada orang yang antri masuk gate. Jangan-jangan udah telat. Dengan muka tegang aku tanya ke petugas penjaga gate, katanya emang belum masuk. Sedikit lega, tapi aneh, ini udah hampir jam berangkat pesawat masa iya belum ada panggilan boarding. Aku menghampiri petugas penjaga lagi, memastikan, katanya pesawat belum datang. Aku kembali duduk, tapi kemudian ragu lagi, kalo pesawatnya belum datang kenapa aku gak boleh masukin bagasi... akhirnya daripada galau, aku memastikan lagi. Asli itu petugas kayanya mulai emosi aku tanyain bolak- balik wkwkwk.

Akhirnya pengumuman delay terdengar. Satu jam. Lega sekaligus agak sewot. Nah lho, kalau delay sejam kenapa barangku gak boleh masuk??

Daripada penasaran, aku turun lagi ke tempat check in. Memberondong mas-mas petugas dengan berbagai pertanyaan. Berharap ada perubahan kebijakan yang mengijinkan barangku masuk bagasi. Beberapa saat berdebat (yaelah, tanya jawab doang padahal... aku nggak pandai berdebat) bagasiku tetap nggak diijinkan masuk. Yoweslah, orang tua juga sudah ikhlas ngeluarin kocek lagi buat maketin barang-barangku. Maafin ma.. yah...

Singkat cerita, aku akhirnya mendarat dengan sempurna di Bandara Sepinggan (lupa namanya, panjang beut). Malam pertama nginep di rumah Pakde, hari kedua setelah barang-barangku datang (oh iya, ini biar cepet kemarin dikirim pake kargo bandara, gak mahal-mahal amat ternyata, gak nyampe 10.000 sekilonya. Dikirim sore, malam udah nyampe) terus belanja perkakas kontrakan akupun hijrah ke kontrakan baru. Wiiih,,, rumahnya bagus, luas (mungkin karena gak banyak perabot), air berlimpah (secara tandon air hujan gedenya kaya kolam renang). Intinya siiplah.

Malam kedua di kontrakan baru. Susah tidur? ya nggaklah, aku mah tidur, tidur aja...

Pagi harinya, hari pertama masuk kerja. Nah ini ujian kesabaran selanjutnya. Baru berangkat cuy, jalan beberapa meter doang naik motor aku nyadar kalo HP ku nggak ada. Langsung minta balik sama mbak Memik yang ngebonceng aku (meskipun udah bisa naik motor, masih serem motoran disana). Nyari di rumah nggak ada. Aku inget sih udah ngebawa tuh HP. Akhirnya nelusurin jalan sambil liat0liat mana tau jatoh, soalnya dimiskol masih bisa. Sampe jauh masih gak ada, ditelpon lagi udah nggak aktif. Huaaa,,, ini hari pertama masuk kerja, kenapa harus kehilangan HP.

Sehari itu aku banyak mikir. Apa hikmah dibalik semua kejadian ini? kalau pake aturan suudzon, mungkin ini pertanda Allah nggak ridho dengan hijrahku kali ini. Tapi bukankah Allah yang membuka kesempatan aku untuk hijrah? Mungkin Allah ingin menguji keistiqomahanku di perantauan, menguji selurus apa niatku disini. Jujur, pertama daftar yang terpikir adalah aku ingin segera punya penghasilan, dan melamar di ITK kesempatannya lebih besar untuk diterima, prosesnya juga cepat. Maka mungkin ujian harta benda ini adalah ujian yang pas untukku yang berorientasi materi saat hijrah. Menegurku, mengingatkanku agar kembali yakin bahwa rizki datangnya dari Allah. Dia yang mencukupkan kebutuhan kita. Yang perlu kita lakukan adalah beramal, beribadah, dan berikhtiar untuk menjemput rezeki tersebut.

Bismillah, kuikhlaskan semua urusan rizki kepada Allah. Disini adalah ladang ibadah, mengamalkan ilmu, menumbuhkan kader-kader islam yang tangguh. Perjuangan disini mungkin berat, dan motivasi materi tak kan pernah cukup untuk membuatku bertahan. Semoga Allah meridhoi langkahku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar