10 Des 2012

Semerah Kelopak Mawar (Part 2)

Hari ini Mawar menemukan keceriaannya. Sedari pagi tawanya berderai, bersama teman-teman sekamar, teman-teman sekelas. Ia bahkan menyapa mas-mas panitia yang tengah sibuk mencopot sepatu, siap menerjang hujan. Sore gerimis, Mawar masih menjaga suasana hati riangnya. Ia dan Zahria, teman sekamarnya, berjalan menuju pintu keluar gedung asrama. Tepat satu meter di depan gedung, matanya menemukan sosok itu, pria berkaca mata tengah menekuri layar komputer. Mawar tersenyum, seuntai sapaan keluar dari mulutnya, "Mari, mas,,"
Si objek mengangkat kepala, sesaat sebelum si empunya suara berlalu. "Yaa,,"
Mawar mendengar jawabannya. Kini bukan lagi senyum kecil, senyum lebar merekah di bibirnya. Suara yang ia tunggu,,

8 Des 2012

Semerah Kelopak Mawar (Part 1)

Saat itu kedua kalinya mereka bertemu. Di sebuah ruang kelas mungil, bagian dari gedung mewah milik kementerian Indonesia. Bayu tengah menyapu ketika Mawar datang dengan berdendang lirih. Pintu terbuka, pandangan mereka bertemu. Seketika bibir gadis muda itu terkunci demi dilihatnya seorang pria yang ia kagumi menatap kearahnya. Dengan langkah kikuk ia menuju bangku tempat duduknya, meletakkan setumpuk buku lalu bergegas meninggalkan ruang kelas. Pipinya memerah, semerah hatinya yang berbunga-bunga.

Mungkin orang akan heran mengapa gadis seperti Mawar bisa terpesona pada seorang Office Boy. Dia sarjana dari salah satu Universitas Negeri terkemuka. Dan dia datang kesini untuk mengikuti program persiapan kuliah ke luar negeri. Mimpi yang ia idamkan sejak di bangku SMP. Seharusnya ia akan menghabiskan sepanjang hari untuk menekuri ejaan Bahasa Inggris jika saja ia tidak terpikat pada sosok OB yang mencuri sebagian menitnya untuk berangan-angan. Bukan Mawar jika dia berani dengan terus terang menunjukkan perasannya. Dia terlalu malu, malu pada kekasih hatinya, malu pada Tuhannya. Tekadnya sudah bulat, tidak akan menjalin hubungan spesial kecuali dengan suaminya nanti.

Bayu, entah apa dia menyadari perasaan gadis itu. Mawar juga tidak berharap dia tahu, atau dia akan malu. Biarlah Tuhan yang menjawab rasa hatinya. Mawar akan menunggu,,