30 Okt 2011

My dream,,,,

Selalu menyenangkan ketika kita membayangkan mimpi-mimpi menjadi kenyataan. Siang itu, entah kenapa tanganku tergerak menghubungi mbah Google. Meminta gambar-gambar tempat yang aku impikan untuk didatangi. Wuih,,, bahagia sekali melihat keindahan tempat-tempat itu dalam sebuah gambar. Tak terbayangkan bagaimana seandainya ada diriku yang nempel di salah satu titik pada gambar itu. Tempat indah yang aku impikan,,,

Tetes Hidayah

Seberkas cahaya putih menerpa wajahku. Silau, kukatupkan kedua kelopak mata. Beberapa detik kemudian aku melihat bayangan seorang perempuan berusia 20an tersenyum ke arahku. Dia mengenakan gaun putih panjang yang menutupi sekujur tubuhnya. Selembar kain membungkus rapat kepalanya, menjuntai hingga menutup leher dan dadanya. Aku pernah melihat wajah itu sebelumnya. Entah di mana. Bagai terhipnotis aku melangkah pelan mendekatinya. Ada kedamain yang tiba-tiba menelusup di hatiku.

Wanita di Ujung Senja

Aku tengah mendengarkan Susan mengaji ketika tiba-tiba ada yang bergetar di saku gamisku. Sederet huruf terpampang di layar ponsel, ibu,,,
“Kapan pulang, Ras?” tanya suara di seberang.
“Belum tau, Bu.” Jawabku.
“Koq sekarang Laras sudah mulai lupa rumah ya?” nada suara ibu sedikit meninggi.
“Kan belum genap dua minggu sejak kepulangan Laras kemarin, Bu. Minggu depan masih ada acara.”
“Kalau semua acara diikuti ya nggak bakal ada selesainya, Nak”
“Iya Bu, kalau ada waktu kosong Laras segera pulang.”

Bintang untuk Ulul

Ulul menatap langit malam melalui balkon rumahnya. Bocah perempuan berusia hampir delapan tahun itu senang sekali melihat bintang, menghitung dan menggabungkannya menjadi aneka benda dalam imajinasinya. Bunda mengajarkan kebiasaan itu sejak kecil.
“Kalau Ulul rindu ayah, keluarlah pada malam hari. Lihat bintang-bintang  yang menghiasi langit. Bintang-bintang itu jauh, tidak bisa disentuh tapi kita bisa melihat cahayanya, merasakan keberadaannya. Begitu juga dengan ayah. Dia jauh, tapi dia tidak akan pernah meninggalkan kita, seperti bintang yang terus memancarkan sinarnya.”

28 Okt 2011

Senandung Lirih untuk Anakku

     Puisi ini aku buat untuk seseorang yang secara tidak sengaja menjadi anakku. Entah sejak kapan, mengapa dan bagaimana tiba-tiba status kami adalah ibu dan anak. Hehe,,, Saat ini dia tengah menjalankan amanah sebagai SC Pengkaderan di jurusanku. Pada saat bersamaan dia juga menjabat sebagai sekjen Ibnu Muqlah, kajian keislaman jurusan Matematika. Menjalankan amanah di dua lini yang bertolak belakang memang tidak mudah, dan aku rasa hal itu membuat dia sedikit gamang. Yang aneh, seperti benar-benar menjadi ibu, aku merasakan kegalauan yang dia rasakan. Karena itu puisi ini kutulis untuk sekedar membuatnya kembali termotivasi dan semangat dalam perjuangannya,,,

16 Okt 2011

Susahnya Berlaku Jujur



     Kejujuran, satu kata yang sederhana namun terkadang sulit diwujudkan. Jujur memaksa kita untuk berkata, bersikap dan berpikir sesuai kondisi yang sebenarnya. Apa susahnya? entahlah, tapi aku sendiri merasakan jujur tidak selamanya mudah dilakukan. Terlebih jika kejujuran itu menghambat keinginan kita, jika jujur itu merusak nama baik kita, jika jujur itu membuat orang membenci kita, jika jujur itu menghancurkan mimpi, merusak nilai ujian, membuat kita gagal.
     Sebuah pengalaman yang membuatku ragu untuk terus jujur.