30 Jun 2012

Detik Juang RDK' 31 (Ramadhan di Kampus 1431 H)

 Intro Ukhuwah,
Sepenggal kisah di Pondok Pesantren “Raih berkah Menuju Fitrah”. Enam orang santriwan dan enam orang santriwati ditakdirkan Sang Pemilik hati untuk bertemu menjadi sutradara sebuah Mega Film Pembangun Jiwa “Ramadhan di Kampus 1431 H” .  Tidak kurang dari enam bulan mereka berkutat merajut kisah demi kisah menjadi rentetan skenario yang siap dijalankan tepat pada bulan Ramadhan 1431 H.  Dari suara yang terpantul di balik hijab coklat, sedikit demi sedikit mereka akhirnya mampu menyelami karakter masing-masing. Perselisihan dan perbedaan pendapat menjadi jajaran warna kontras yang menyusun pelangi RDK’31. Karena mereka dicipta untuk saling mengisi dan menguatkan.
===============================================================
Kedua belas insan itu mempunyai otak “matematika”, berdarah “kimia”, bersyaraf “elektro”, berotot “mesin” , bertulang ”geomatika”, berkulit ”material”, dan berbusana ”despro
***
Lounchin SC
Kring,,,kring,,,
Suara itu berasal dari HP N2610 warna merah milikku. Meski banyak teman yang menyarankan untuk segera mengganti atau bahkan membuang HP butut itu, aku cuek saja. Bagiku yang terpenting dia masih bisa menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi, minimal telpon dan sms. Kupencet salah satu tombol yang kemudian merubah tampilan layar menjadi deretan huruf bersambung, sms dari mas Novan, ketua departemen kaderisasi.
Akh, antm jd SC RDK 31 ya. An sdh bilang k ms imam n murobbi antm. Mrk se7 jk antm mnjdi SC RDK 31. Gmn, antm bsa kn?
Nah lo, mendadak banget. Belum selesai amanah yang satu amanah yang lain sudah menyusul. Tapi, kita kan nggak boleh menolak amanah. Keyakinan itu yang kemudian mengantarkan jemariku mengetik sebuah sms dua jam kemudian.
Iy ms, an tsiqoh sma antm, aplgi ms imam n ms anjaya sdh spakat klo an jd SC RDK. InsyAllah an akn mnjalnkn amnah tsb smaksiml mgkn
Beberapa hari kemudian, aku menghadiri acara lounching SC kegiatan besar JMMI (Jama’ah Masjid Manarul Ilmi), lembaga dakwah kampus ITS. Saat itu ada dua kelompok SC kegiatan besar yang akan dilounch, RDK’ 31 dan GMAIL (Gebyar Manarul Ilmi). Detik terasa begitu berarti ketika satu persatu nama kami disebut sebagai pemegang tinta sejarah RDK tahun ini. Syukri,yang kemudian terpilih menjadi koordinator SC ikhwan. Disusul Azam, Adi, Asfa, Sadya dan aku, Danu. Sementara di kubu akhwat terpilih Mia, Tari, Fitri, Imah, Aulia dan Ifah.
Mereka adalah orang-orang terpilih yang memiliki latar belakang amanah cukup padat. Tidak heran kalau beberapa waktu setelah pemilihan, diadakan resuffle SC dengan mengganti beberapa anggota ikhwan dan akhwat yang kebetulan sedang memegang amanah cukup besar di lini lain. Sadya digantikan oleh Unang, sementara Diana dan Laila menggantikan posisi Aulia dan Ifah yang sedang berperan dalam kelangsungan Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus Nasional (FSLDKN) di Ambon.
***
Syuro perdana,
Ditemani semilir angin senja, kami menggelar syuro (rapat) perdana SC RDK’ 31. Ada getar di hati kami mengingat ini adalah langkah awal perjalanan panjang yang akan menguras waktu dan tenaga. Alunan tilawah mengalir merdu dari salah seorang ikhwan. Menjadi penyejuk hati yang membuat kami yakin bahwa selalu ada Sang Maha Penolong yang akan mengiringi langkah kami di jalan ini.
Diskusi panjang yang berawal dari perkenalan diri, kesibukan masing-masing hingga meruncing pada segala hal yang berkaitan dengan RDK memenuhi syuro’ sore itu.
“Oh iya, untuk PR kita hari ini adalah mencari pengalaman SC RDK tahun lalu, bisa dari RDK 29 atau RDK 30.” Kata Syukri di akhir syuro. Ia lantas menyebutkan beberapa nama mantan SC ikhwan RDK’ 29 dan 30.
“Klo akhwat, yang ana tau ada ukhti Lu’im dan ukhti Memik.“ kataku menimpali.
“Iya, kita gali sebanyak-banyaknya pengalaman mereka. Kita ambil baiknya dan kita sempurnakan kekurangannya, jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang sama. Ingat surat Al Asr kan?” tambah Adi.
Cukuplah Allah yang menjadi saksi seberapa besar tekad kami untuk memperjuangkan pilar dakwah Islam lewat RDK’ 31. Sang surya merangkak perlahan menuju peraduannya. Menyisakan semburat jingga yang menyusup lewat celah-celah bangunan masjid manarul ilmi. Menyelimuti tiap insan yang tengah tertunduk khidmat mendengarkan taujih singkat di penghujung syuro’.
***
Syuro kedua,
Syuro menjadi hal terpenting dalam perjalanan kami. Setidaknya aktivitas ini berlangsung lebih intens dibanding aktivitas yang lain. Kami mengagendakan satu kali dalam seminggu untuk syuro komunal. Namun intensitas ini terus bertambah seiring dengan semakin banyaknya hal-hal yang harus kami persiapkan menjelang bulan Ramadhan, dari mulai pembagian joobdesc, pencarian dana, open recrutment OC (Organizing Committee) dan masih banyak hal-hal lain yang lebih spesifik.
Syuro hari ini menghasilkan keputusan untuk membagi SC menjadi beberapa sie, diantaranya : Syukri dan Mia sebagai koordinator, Aku dan Fitri memegang sie. Kaderisasi, Adi dan Diana sie Publikasi, Azam dan Tari sie dana, ‘Asfa dan Imah sie admin, Sadya dan Laila sebagai bendum.
Meski demikian, pembagian ini sama sekali tidak bermaksud untuk membatasi kerja kami. Setiap orang berhak bahkan wajib membantu sie lain yang membutuhkan bantuan. Pembagian ini hanya ditujukan untuk memudahkan jalannya RDK dan siapa yang bertanggung jawab disana.
Ujian pertama datang saat Adi menyatakan bahwa ia harus menjalankan kerja praktek di luar kota selama hampir dua bulan.
“Ana mungkin tidak bisa banyak membantu di RDK secara langsung. Tapi insyaAllah ana masih bisa membantu dari jauh. Setiap hari Sabtu sampai Ahad ana akan kembali ke Surabaya sehingga bisa membantu teman-teman di sini.”
Meski sedikit kecewa, kami akhirnya bisa menerima keadaan ini. Bagaimanapun juga kuliah praktek merupakan amanah akademik. Seandainya kami ada di posisi Adi, kemungkinan besar kami juga akan melakukan hal yang sama. Satu hal yang kami pelajari hari ini. Kami harus berlatih untuk saling memahami kondisi masing-masing. Dengan demikian, tidak akan ada dzon-dzon tidak baik yang bisa menurunkan porsi keikhlasan kami.
***
Waktu berlalu, hari-hari terus berlari menyisakan setumpuk tugas yang harus kami kerjakan dengan kekuatan ekstra. Entah kenapa kami belum bisa mencegah munculnya masalah klasik dalam sebuah kepanitiaan, kehilangan SDM di saat kami benar-benar membutuhkannya.
Bagai mengemban beban yang teramat berat, kami berjalan tertatih dengan memaksimalkan SDM yang tersisa. Saat ini ingin rasanya aku menyerah. Mengingat amanah yang kuemban bukan hanya di RDK. Selain tugas akademik yang kali ini mengambil porsi 24 SKS, masih ada amanah lain di HIMAGE (Himpunan Mahasiswa Geomatika) dan GIS (Geomatic Islamic Study).
Menjadi bagian dari jurusan geomatika ternyata tidak mudah. Jurusan memetakan permukaan bumi dengan menggunakan GPS, theodolit, waterpass atau total station itu semua praktikumnya berlangsung di luar alias di lapangan. Tidak cukup sampai di situ, beberapa kali aku harus menggoreskan butiran-butiran lembut batang grafit di lembaran kertas A0 demi menghasilkan representasi hasil praktikumku, lengkap dengan kontur dan titik-titik acuan.
Sebagai pemegang sie. Kaderisasi di RDK, aku merasa bertanggungjawab penuh dengan semakin berkurangnya OC yang bisa berkontribusi. Meski hal ini bukan sepenuhnya salahku. Liburan semester yang jatuh menjelang bulan Ramadhan menjadi faktor utama menghilangnya beberapa OC.
Miris aku menyaksikan teman-teman SC pontang-panting menyelesaikan tugas masing-masing. Kelompok-kelompok OC yang sudah aku bagi ke dalam tiap sie tidak bisa difungsikan dengan baik. Berbagai jenis publikasi yang membutuhkan sentuhan desain tetap harus mengantri manis di ujung kreatifitas SC publikasi. Hal-hal bersifat administrasi masih tetap membekas nyeri di jari-jari SC admin. Masalah dana jangan ditanya lagi, perjalanan jauh bukan lagi menjadi alasan untuk tetap stagnan menunggu kucuran dana. Debu beterbangan, kilatan aspal yang menyilaukan bahkan panasnya sengatan matahari yang menusuk pori-pori tak kan mampu menyurutkan niat kami mendatangi sumber-sumber dana.
Waktu persiapan kegiatan kian menyempit, namun masih banyak hal yang belum terselesaikan. Dana terkumpul masih jauh dari anggaran dana yang mencapai ratusan juta. Pembicara di beberapa acara seperti tarawih dan kajian belum bisa dipastikan. Beberapa konsep kegiatan bahkan masih alot diperdebatkan.
Di tengah kekacauan dan kekhawatiran ini, masalah lain timbul ketika hampir semua pengurus harian JMMI sedang dalam tugas kerja praktek di luar kota. Sosok yang seharusnya menjadi tempat kami bertanya, menguatkan dan menyemangati kami menghadapi permasalahan RDK bisa dikatakan vakum.
Dalam kondisi lelah, api semangat seringkali berubah menjadi emosi yang mencuat dalam syuro-syuro panjang. Diskusi yang berjalan lebih mirip perdebatan abstrak tanpa ujung. Tidak ada solusi, hanya adu pendapat yang justru membuat masalah makin runyam.
Tekanan fisik, pikiran dan bathin akhirnya merobohkan pertahananku. Aku divonis terkena demam berdarah dan harus opname di rumah sakit beberapa hari. Jumlah trombositku anjlok hingga angka 90.000an, padahal jumlah normal berkisar antara 180.000-250.0000.
Saat inilah aku mulai menyadari pentingnya ukhuwah. Allah mengirimkan hamba-hambaNya untuk menemani dan mengurus segala keperluanku selama sakit. Teman-teman kontrakan yang kami sebut Al-Faruqi tanpa pamrih bergantian menjagaku hingga keluargaku datang pada hari kedua.
Selama rentang waktu dua minggu, aku sama sekali tidak tahu menahu tentang RDK. Terhitung sejak opname di Rumah Sakit Haji Surabaya selama satu minggu dilanjutkan dengan pemulihan di Tangerang, tempat asalku.
***
Kondisiku akhirnya membaik, tapi tidak demikian dengan RDK. Mendekati bulan Ramadhan, permasalahan yang kami hadapi justru semakin kompleks. OC yang bisa diberdayakan hampir tidak ada.
Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya. (Al-Baqoroh ; 286)
Dengan keyakinan akan janji Allah, aku berusaha tetap melangkah bersama teman-teman yang lain. Saat itu RDK hanya tinggal sekitar dua bulan lagi. Kami para SC memang harus siap dengan segala kondisi terburuk. SC dana yang dikomandoi oleh Akh Azam harus turun tangan sendiri mengantar proposal ke perusahaan-perusahaan yang ada di Surabaya dan sekitarnya, bahkan hingga Gresik. Aku salut dengan apa yang dilakukan akh Azam. Dalam tempo satu bulan, sebagian besar proposal sponsorship sudah tersebar. Padahal kami membuat 70 proposal untuk 70 perusahaan.
Aku tidak tinggal diam. Sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap SDM RDK, aku berusaha membuat strategi untuk memaksimalkan SDM yang ada. Satu persatu SDM ikhwan yang berjumlah 77 orang aku sms. OC yang awalnya dibagi ke dalam 5 sie dilebur menjadi 2 sie, sie. Publikasi dan sie. Dana. Untuk saat ini, dua sie itu yang cukup krusial.
Melihat kondisi RDK yang tidak kunjung membaik, pengurus harian JMMI akhirnya turun tangan. Setelah menyelesaikan tugas kuliah praktek masing-masing, mereka memutuskan untuk menyokong kegiatan RDK’ 31 lewat program kerja departemen. Dengan demikian pengurus departemen terkait bisa membantu panitia untuk menjalankan kegiatan-kegiatan RDK’ 31.
Awalnya ide ini berjalan lancar, hingga hari itu datang. Seperti biasa, kami, SC RDK menggelar syuro rutin untuk mengevaluasi perkembangan RDK.
“Entah teman-teman menyadari hal ini atau tidak. Tapi, ana dan teman-teman akhwat merasa kita sudah kehilangan RDK.” Kata suara dibalik hijab.
“Maksudnya?” tanyaku bingung.
“Dari awal, kita sudah mengonsep RDK sedemikian rupa dengan mempertimbangkan segala hal yang mungkin terjadi. Tapi sekarang, kegiatan yang sudah kita konsep dengan matang tiba-tiba diambil alih oleh departemen di JMMI. Memang mereka beralasan untuk membantu kita, tapi apa teman-teman tidak sadar kalo mereka memanfaatkan dana RDK untuk mendukung kelangsungan proker mereka.”
“Tapi Ukh, kita memang tidak mampu menjalankan semua kegiatan RDK sendiri. Jadi apa salahnya kalau kegiatan ini digabungkan dengan kegiatan departemen yang bertujuan sama. Misalkan saja, di kaderisasi ada proker  temu kader dan RDK punya Pro-U (Program Ukhuwah) yang tujuan dan sasarannya sama. Departemen Huga (Hubungan kelembagaan) juga memiliki proker yang hampir sama dengan kegiatan Salleb (Salam Lebaran). Toh RDK juga milik JMMI.” Tegasku
Akhwat lain menyahut, “Yah, membantu. Tapi bukan berarti menghilangkan nama RDK di kegiatan tersebut kan? Secara tidak sadar mereka mengambil alih kekuasaan di kegiatan-kegiatan RDK. Misalkan saja salleb, kita sama sekali tidak tahu menahu tentang pembuatan kartu lebaran dan souvenir. Tiba-tiba saja bendahara dimintai uang 500 ribu untuk pencetakan kartu.”
Sesaat suasana hening, hingga sebuah suara dengan aksen khas memecah kebisuan.”Ana bisa memahami kekhawatiran teman-teman. Tapi jujur, ana sangat terbantu dengan adanya bantuan dari departemen-departemen JMMI di kegiatan RDK. Misalkan saja kegiatan yang ana pegang, biorama (bioskop Ramadhan). Ana sangat terbantu dengan teman-teman BPU (Badan Peduli Umat) yang menggabungkan kegiatan Ramadhan Ceria untuk adek-adek binaan JMMI dengan biorama. Mereka membantu kami membuat konsep dan bersedia untuk menghandle acara pada saat hari-H. Kita hanya perlu membantu di masalah keuangan saja.”
Syuro sore itu tetap meninggalkan kesalahpahaman yang berlarut-larut. Perselisihan antara pengurus harian dan SC RDK akhwat terus berlanjut dan semakin memanas. Kondisi fisik yang letih diperparah dengan suasana hati penuh kekhawatiran melemahkan kontrol emosi kedua pihak. RDK dan segenap pejuangnya tengah mengalami puncak kejenuhan.
Jalan dakwah memang berat, namun Allah tidak akan pernah membiarkan hamba yang memperjuangkan agamaNya terpuruk dalam keputusasaan. Maka, kejutan-kejutan di luar nalar kami perlahan muncul. Menjelma butiran embun yang menyejukkan hati. Meruntuhkan kemarahan dan membuka pikiran.
Dimulai dari kucuran dana yang kian membanjir hingga melampaui target. Keberhasilan di beberapa kegiatan yang dibuktikan dengan antusiasme peserta hingga melimpahnya jumlah SDM yang telah mengakhiri masa liburannya.
Satu persatu kegiatan RDK berjalan meniti detik-detik bulan penuh berkah. Lelah yang sempat hinggap menguap begitu saja melihat senyum merekah para jamaah. Setidaknya kami sempat mendengar komentar jamaah yang menyatakan bahwa pelayanan RDK’ 31 lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Mereka tidak perlu tahu titik-titik hitam yang mengiringi perjalanan RDK’ 31. Karena toh akhirnya, keikhlasan dan pengorbanan seluruh pejuang RDK’ 31 mampu menguntai titik-titik itu menjadi pola yang begitu indah. Mengantarkan insan meraih berkahNya demi mencapai fitrah.
Dalam renung panjang sisi kehidupan
Menelusup lembut bayang kerinduan
Mengantarkanku pada masa perjuangan
Meniti manis pahit persaudaraan

Yang selalu dalam ingatan,
Detik juang RDK’ 31

Oleh : Kukuh Danu Permadi 

2 komentar:

dandi mengatakan...

seperti pernah menjumpai tulisan ini, dimana ya...

Miel, D'Smart Dimples mengatakan...

oh ya? sepertinya malah anda yang jadi pemeran utama dalam tulisan itu,,

Posting Komentar