25 Jan 2016

Keseimbangan


Hidup diciptakan dengan keseimbangan. Seseorang dikatakan sukses ketika ada orang lain yang gagal, si kaya ada karena keberadaan si miskin, ada yang cantik karena ada yang jelek. Maka sebenarnya sifat-sifat semacam itu sangat relatif. Tidak ada batasan pasti dimana seseorang dikatakan memiliki sifat tertentu, penilaian lahir karena suatu perbandingan.

Maka, pada dasarnya kepercayaan diri bisa ditumbuhkan dengan menata mindset. Dimana kita dengan bebas membuat tolok ukur sifat tertentu. Orang boleh saja melihat kita sebagai orang yang gagal, tapi kita bebas menilai apakah kita benar-benar gagal atau justru ada keberhasilan yang tak kasat mata? Orang boleh saja mengatakan kita miskin, bodoh, jelek, tapi kita selalu bisa mencari pembelaan atas tuduhan itu. Mari kita lihat suatu kasus berikut.


Beberapa hari yang lalu, saya mengikuti acara makrab yang diadakan oleh angkatan mahasiswa magister matematika ITB 2015. Dalam acara tersebut, kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengikuti berbagai macam game yang telah disusun oleh panitia divisi acara. Setidaknya ada 6 game yang dimainkan dalam rentang waktu dua hari semalam. Entah kurangnya kekompakan tim atau memang kemampuan anggota yang tidak sesuai, kami kalah di hampir semua game. Sepanjang permainan, kami hanya mendapat satu poin sementara tim yang lain mendapat tujuh hingga belasan poin. Tim saya menempati urutan terakhir dalam acara tersebut. Kami gagal? secara poin iya... dan seluruh peserta makrab saya yakin juga menyepakati kegagalan kami. Tapi, selalu ada hikmah dalam kegagalan.

Setiap individu pasti merasakan dampak yang berbeda dari permainan tersebut. Saya bisa bilang, tidak semua anggota dari tim yang menang hakikatnya merasakan kemenangan. Begitu pula dengan tim yang kalah, tidak semua anggota tim sebenarnya mengalami kegagalan. Karena menang dan kalah adalah masalah hasil, yang diukur dengan aturan kuantitatif dan berdampak jangka pendek. Ada hal yang lebih penting dan memberikan dampak lebih lama dari sekedar hasil, yaitu proses. Saya pribadi belajar banyak hal dari permainan tersebut. Saya belajar menyusun strategi, menerima kekurangan orang lain, komunikasi efektif, pantang menyerah. Saya belajar untuk tidak malu dengan kekurangan yang saya miliki dan berusaha keras untuk memperbaikinya. Saya belajar arti kegigihan, belajar arti perjuangan dalam tekanan, belajar mengambil keputusan dan bertanggungjawab dengan konsekuensinya. Dan yang terpenting belajar untuk tetap tegar dan tersenyum dalam kegagalan.

Jadi, siapa bilang kami gagal.. kami belajar banyak hal dari sebuah proses kegagalan.

Kita berhak menilai diri kita dengan aturan yang kita tetapkan sendiri. Belajarlah bijaksana dalam menyikapi hal apapun yang terjadi dalam hidupmu. Jangan biarkan dirimu melambung terlampau tinggi atau justru jatuh terlampau rendah. Karena manusia adalah makhluq terbaik namun tempat salah dan lupa...

with love,
Miel, D'Smart Dimples

Tidak ada komentar:

Posting Komentar