18 Jan 2016

Semua akan Indah pada Akhirnya (1)


Selalu, kehidupan dipenuhi misteri yang hanya diketahui Sang Pencipta. Maka tidak selayaknya seorang manusia mengutuk takdir yang terjadi pada dirinya hanya karena tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Yah, banyak yang mengatakan selalu ada hikmah dalam setiap kejadian. Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi, yang menetapkan setiap takdir manusia. Dialah penulis skenario terbaik bagi hambaNya. Maka kewajiban kitalah sebagai hamba untuk percaya akan ketetapanNya.

Beberapa kali aku menyesali takdir yang terjadi dalam hidupku. Ketika mimpiku ditenggelamkan dalam kondisi yang tak bisa kuhindari. Aku jatuh, kecewa, meski masih berusaha sekuat tenaga meyakini bahwa akan ada pagi setelah malam, ada terang setelah gelap, ada kemudahan bersama kesulitan. Dan benar, Allah dengan kuasaNya membalas tiap airmata yang kuteteskan, mengijabah tiap doa yang kupanjatkan. Skenario indah menghampiriku dengan anggun dan menyibak keresahan dalam hati.


Aku ingat beberapa tahun lalu, ketika teman-temanku dengan mata berbinar membicarakan SMA tempat mereka akan melanjutkan pendidikan. Aku dengan senyum kecut hanya diam mendengarkan. Yah, masa depanku sudah jelas, menghabiskan 12 tahun sekolah di yayasan yang sama, mulai SD sampai SMA. Bukan, bukan aku menganggap buruk sekolahku saat itu. Meskipun di desa, yayasan tempatku bersekolah tergolong baik dalam prestasi. Hanya saja membayangkan bersekolah di tempat yang sama selama 12 tahun seakan mematikan potensi dan kreativitasku. Duniaku terkurung dalam lingkungan itu, tidak mengenal dunia luar yang tentunya menyimpan tantangan yang berbeda dan beragam.

Masa-masa awal SMA kujalani dengan penuh penyesalan, tanpa semangat. Bayangan SMA terbaik di kabupaten yang menjadi incaran masih membayang di angan. Tapi mengingat kedua orang tuaku yang pontang-panting menghidupi keluarga membuat mulutku tetap bungkam. Tidak sampai hati menambah perih di hati mereka. Hingga suatu sore, pertahananku ambruk. sesak di dada kutumpahkan dalam sebuah percakapan dengan ibu, tentang hari-hari di SMA yang kujalani dengan setengah hati, tentang kekecewaan, tentang mimpi yang kupendam. Ibu diam sejenak, lantas dengan mata berkaca beliau mengatakan, "Nang piye lho, Nak. Ibu gak due duik kanggo nyekolahno mbak Millah" (gimana lagi, Nak. Ibu nggak punya uang untuk menyekolahkan mbak Millah). Astaghfirullah, dosa apa yang telah kulakukan hingga membuat orang yang sangat kucintai itu merasakan penyesalan yang begitu dalam.

Maka detik itu juga, kuputuskan untuk melepas semua penyesalan di hatiku. Ini yang terjadi, dan ini yang akan aku jalani. Tiga tahun berlalu, sampailah aku di penghujung masa SMA. Teman-temanku kembali disibukkan dengan rencana masa depan. Kali ini aku sudah lebih berani. Aku ikut sibuk memilih perguruan tinggi untuk kuliah. Hanya ada dua syarat, aku harus kuliah di PT ternama dan harus dengan beasiswa penuh. Jika tidak, aku akan menunda kuliahku dan bekerja. Maka ketika teman-teman mulai mengirim aplikasi pendaftaran ke berbagai perguruan tinggi, aku lebih sibuk memilih berbagai jenis beasiswa yang memberikan beasiswa pendidikan penuh plus biaya hidup. Pilihanku jatuh pada beasiswa dari Departemen Agama dan beasiswa ETOS.

Dan rencananya adalah yang terindah, aku yang merupakan siswi di sebuah sekolah desa diterima di salah satu perguruan ternama di Jawa Timur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan beasiswa penuh dari Departemen Agama. Inilah rahasia itu, sebuah hikmah yang Allah simpan atas kegagalanku melanjutkan sekolah di SMA favorit. Beasiswa dari Departemen Agama hanya diperuntukkan untuk santri dari Pondok Pesantren di Indonesia. Sementara yayasan tempatku menempuh pendidikan selama 12 tahun ini adalah sebuah pesantren. Seandainya dulu, aku jadi sekolah di SMA favorit, mungkin perjuanganku untuk lanjut ke perguruan tinggi lebih sulit lagi.

Kita mungkin menyesal dengan apa yang terjadi, tapi percayalah ada Dia yang Maha Adil, Maha Bijaksana yang lebih tau apa yang terbaik bagi kita. Ungkapkan kekecewaanmu dengan perjuangan yang lebih keras, maka kau akan menuai indahnya penantian..

with love,
Miel, D'Smart Dimples

Tidak ada komentar:

Posting Komentar