3 Nov 2011

Pita Warna, Pelangi,,,

     Pelangi,,, pita warna hasil dispersi cahaya pada butiran air itu begitu indah. Sudah lama sekali sejak terakhir aku melihatnya. Kenapa yah akhir-akhir ini hujan tak pernah berujung pelangi?? Hmm,,,, hujan. Aku ingat betul masa kecilku selalu dipenuhi tawa saat hujan. Hampir tiap turun hujan, aku dan teman-teman sepermainanku turun ke jalanan. Berlari kesana kemari menikmati tetesan hujan. Sasaran utama kami adalah
air mancur dari pipa penampung hujan di atap rumah. Air di atap akan mengalir menuju pipa yang mengalirkan air ke bawah. Dan disitulah kami berkumpul. Di bawah guyuran air hujan yang terkadang bercampur sampah dedaunan. Fiuh, agak jorok memang. Tapi kotor itukan baik,, hehe.
     Beberapa permainan yang sering mengisi acara hujan-hujanan kami adalah perahu-perahuan dari daun mangga, menangkap ikan-ikan kecil yang hanyut di selokan rumah, kejar-kejaran gak jelas dan yang paling jorok bikin jamu-jamuan. Jamu yang kami buat berasal dari campuran semua bahan yang kami temukan. Air keruh di selokan, daun-daunan, tanah basah, buah busuk dan bahan-bahan lain yang kadang kelewat jorok.
     Namanya juga anak-anak, nggak pernah kenal waktu kalo lagi bermain. Untung ada my mom yang dengan penuh sayang mengingatkanku untuk segera mandi. Kalau tidak, mungkin kami akan terus bermain sampai wajah kami memucat karena kedinginan. Belum puas juga, sehabis mandi aku masih sering keluar menyambut hujan yang beranjak reda. Tapi kali ini memakai payung, aku nggak mau kena marah ibu gara-gara bandel main hujan terus. Dan saat itulah aku sering terbengong-bengong melihat lapisan warna-warna cantik melingkar di langit. Nampak indah di sela-sela air hujan yang tinggal tetesan kecil.
     Terkadang aku berpikir, betapa kuasanya Allah menciptakan dunia ini. Dunia yang sudah cukup indah dengan dekorasi permukaan dan lingkungan di sekitarnya masih ditambah dengan fenomena-fenomena alam yang lebih indah lagi. Pelangi, aurora, helo, dan masih banyak lagi. Hujan yang terkadang galak dengan petir dan kilat diakhiri hiasan cantik berupa pelangi. Hawa menggigil di kutub dihiasi lukisan warna aurora.
     Saking indahnya, pelangi dan aurora menarik perhatian manusia untuk membuat cerita di baliknya. Pelangi sebagai kendaraan tujuh bidadari yang turun ke bumi untuk mandi dan aurora yang menjadi cahaya penerang bagi seorang anak miskin di kutub yang tidak mampu membeli kayu bakar. Jika pelangi dan aurora demikian indah, demikian hebat, menyenangkan, mendamaikan, maka di atas keduanya ada Dzat pencipta yang jauh lebih segalanya. 

Menatap pelangi di ujung embun
Membias cahaya lembut warna-warni
Dalam diam aku termenung
Mengenang hidup yang penuh arti

Semburat aurora di langit beku
Merangkul diri dalam keheningan
Terkatup tangan menahan haru
Oleh nikmat tak terbayangkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar