24 Mar 2012

Pesantren


Belajar bukan hanya kewajiban, melainkan suatu kebutuhan yang mutlak untuk semua orang. Sadar atau tidak, tiap detik yang berlalu adalah suatu pembelajaran. Belajar makna, cara, jenis dan macam kehidupan menjadi makanan sehari-hari setiap individu. Saat mata terbuka, saat itu pula seseorang mulai belajar menjadi lebih berani, belajar mengatur strategi dalam bekerja, dan belajar untuk yakin bahwa ia hidup di dunia nyata, bukan mimpi. Saat itulah seseorang dipaksa untuk berpikir cerdas. Mencari solusi dari tiap jengkal duri kehidupan. Hingga akhirnya dunia akan mengalah pada mereka, orang-orang cerdas.

Salah besar jika kita menyangka orang yang cerdas adalah orang yang memiliki gelar berderet di belakang namanya. Gelar tak lebih hanyalah pengakuan semu yang butuh pembuktian. Terbukti banyak orang bergelar tidak lebih cerdas daripada mereka yang bahkan tidak pernah menyentuh bangku pendidikan. Karena cerdas tidak terbatas pada intelektual, tapi juga pola pikir dan mental seseorang. Siapa yang tidak mengakui kecerdasan para tikus berdasi yang menggerogoti uang negara? Mereka tidak akan pernah memiliki jabatan tinggi jika mereka bukan orang yang cerdas. Namun sayang sekali, kecerdasan yang mereka miliki justru telah membutakan hati dan pikiran. Yah, kecerdasan intelektual memang bisa menjadi boomerang jika tidak disegel dengan kecerdasan mental.
Dan dimanakah kecerdasan mental itu bisa didapatkan?? Seseorang bisa meningkatkan kecerdasan intelektual dengan pendidikan formal di sekolah. Namun kecerdasan mental bukanlah bagian dari ilmu hitung yang memiliki rumus pasti, bukan ilmu hayati yang melalui berbagai praktikum di laboratorium, bukan pula jenis ilmu yang perlu dihafal. Mental positif muncul dari keyakinan, prinsip dan kebiasaan. Dia diresapi di hati, bukan dihafal di pikiran. Dipraktekkan dalam kehidupan bukan di simulasi di laboratorium. Diajarkan lewat contoh dan nasehat, bukan didiktekan dengan doktrin-doktrin. Karena itulah pembentukan kecerdasan mental tidak bisa terbatas pada dinding sekolah, tapi meliputi semua informasi yang ditangkap kelima indera. Butuh tempat yang benar-benar menjaga pola pikir dan mental agar benar-benar bisa membangkitkan sisi positif seseorang. Jika kita bicara tentang umat Islam, maka salah satu tempat yang pas untuk pendidikan mental positif adalah pesantren.
Pesantren merupakan perwujudan lingkungan pendidikan yang mengedepankan kebiasaan, bukan semata-mata doktrin. Lingkungan pesantren dibentuk seideal mungkin untuk memberikan kenyamanan dalam belajar. Santri mendapat asupan pendidikan seimbang antara ilmu umum dengan ilmu keagamaan. Para Asaatidz berusaha menyampaikan ilmu sebaik mungkin, melalui lisan maupun perbuatan. Aspek kehidupan santri sangat diperhatikan, mulai cara berpakaian, cara bicara dan bersikap hingga pola pikir dan kadar ibadahnya. Dengan demikian, alumni pesantren akan menjadi sosok yang bukan hanya memiliki intelektual tinggi tetapi juga unggul dalam kepribadian.
Meski demikian, bukan berarti alumni pesantren searatus persen akan menjadi pribadi yang sholih dan sholihah. Tidak jarang ada alumni yang akhlaqnya bobrok setelah keluar dari pesantren. Sebut saja artis seksi D yang justru mengumbar auratnya dan berprofesi sebagai penyanyi dangdut. Mempopulerkan goyang seksi tanpa malu-malu. Na’udzubillahi min dzaalik. Sialnya, seringkali pesantren dijadikan kambing hitam atas prilaku bobrok alumninya. Padahal pesantren hanyalah sebentuk sistem yang keberhasilannya tergantung pada penggunanya. Seluruh pihak yang mengembangkan pesantren pasti telah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Namun, kegagalan merupakan resiko dari setiap usaha. Maka jika kemudian ada alumni pesantren yang tidak mampu menjaga nilai-nilai kebaikan yang telah diajarkan di pesantren, berarti pihak pengembang pesantren harus melakukan evaluasi atas kinerjanya. Meski demikian, menyalahkan pesantren dan memandangnya sebelah mata bukan langkah bijak bagi kita yang tidak tahu menahu mengenai kehidupan pesantren. Masuklah, bergabunglah dan anda akan merasakan aura positif yang selalu ingin ditanamkan oleh para pelopor Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar