4 Jul 2011

The Real Struggling

"I choose someone who goes slowly but more experience than who gets everything easily without any effort."

   Kalimat itu aku dapatkan dari sebuah film Korea yang aku tonton semalem. It's simple, tapi luar biasa memotivasi aku untuk terus berjuang.
Film tersebut bercerita tentang seorang gadis yang mengalami kegagalan dalam meraih mimpi. Dia hampir putus asa, lalu gurunya mengatakan kalimat tersebut padanya. Luar biasa, kalimat itu menjadi motivasi yang mengantarkannya untuk terus berjuang hingga akhirnya ia menjadi yang terbaik.
   Itu bukan sekedar cerita dalam film. Putus asa, menyerah, bosan, lelah adalah hal yang lumrah dalam sebuah perjuangan. The real struggling. Perjuangan adalah hal yang selalu sulit. Jika kita bisa meraiih sesuatu dengan mudah, maka itu bukan perjuangan. Hanya mengambil jatah keberhasilan yang telah ditetapkan untuk kita. Perjuangan adalah langkah untuk menjadi lebih dan lebih. Seorang bayi yang tidak bisa berjalan berlatih setiap hari untuk bisa melangkahkan kakinya. Tertatih, jatuh bangun hingga akhirnya dengan mudah ia menyusuri lantai rumahnya. Itulah perjuangan. Perjuangan selalu menyakitkan, menguras peluh dan airmata, menyita waktu, bahkan terkadang beresiko.
   Namun demikian, setiap perjuangan punya cara tersendiri untuk menyimpulkan senyum pelakunya. Tidak harus sekarang, besok atau lusa. Senyum itu akan datang pada saat yang tepat. Saat dimana Allah memenuhi janjiNya. Inna ma'al 'usri yusraa, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.
   Seseorang yang telah ditempa dengan perjuangan akan lebih dewasa dalam menghadapi hidup. Karena dia telah berhasil menemukan kunci dari tiap masalah dan hambatan yang mengiringi perjungannya. Itulah yang disebut more experience.
   Selama ini aku merasa bisa mendapat apapun dengan mudah. That's make me weak. Aku lemah dalam menghadapi permasalahan, cengeng, mudah putus asa bahkan terkadang iri dengan keberhasilan orang lain. Aku menjadi sosok arogan yang merasa better then other. Hingga waktu memaksaku melihat lebih jauh. Dimana ada orang-orang yang jauh lebih baik dan unggul dalam segala hal daripada aku. Minder? no!! Aku bahkan merasa they are nothing. Aku bisa menjadi seperti mereka kapanpun aku mau. Aku tetap angkuh.
  Tapi Allah merangkulku dalam kasihNya. Dia menunjukkan kebesaranNya lewat kegagalan demi kegagalan yang mengisi ambisiku. Aku jatuh, kalah, terpuruk dalam kegagalan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Beberapa tahun berlalu, aku mulai terbiasa menjadi yang kesekian, bukan lagi yang utama.
  Aneh, aku merasa justru inilah dinamika hidup yang menyenangkan. Merasakan tiap level kehidupan. Kadang di atas kadang di bawah. Kadang suka kadang duka. Inilah kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang membuat seorang hamba selalu ingat pada Tuhannya. Seorang qiyadah merasa butuh pada jundiyahnya. Seorang anak menghargai orang tuanya. Seorang murid menghormati gurunya. Yah, kehidupan yang meletakkan diri sebagai manusia dengan segala keterbatasan. Membangkitkan perasaan butuh dan menghargai orang lain.
  Semua itu adalah pengalaman yang luar biasa. Hanya dengan itulah kita bisa menjadi orang yang bijak dan arif. Semakin pahit pohon perjuangan akan semakin manis buahnya. Aku jadi teringat kata-kata yang santer di dunia dakwah. "Kenapa dakwah itu pahit? karena surga itu manis" so, jangan berhenti karena lelah. Jangan kalah oleh putus asa. Sebab keberhasilan ada di depan mata.

Jadilah seperti fungsi matahari, membakar diri demi insan sejagat,,,
Jadilah seperti rembulan purnama, menerangi malam yang gelap gulita,,,

This is my dream : Mengabdi di daerah terpencil, membangun peradaban dan merubah kehidupan penduduknya menjadi lebih baik. included religion, education and economic. Bismillah,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar