13 Okt 2013

Gosip itu,, Tentang Aku,,

Bermula dari satu tahun yang lalu, seorang teman menghubungi saya, menawarkan beasiswa S2. Saya yang memang amat sangat tertarik sama yang namanya pendidikan formal seketika itu langsung bilang, "mauuuuuuu,," dan jalanpun berproses. Beberapa minggu kemudian saya mendapat panggilan tes wawancara dan TPA. Dengan semangat 2012 saya berangkat k kampus IAIN Surabaya untuk mengikuti tes tersebut. Sampai detik itu saya tidak pernah tahu, kemana saya akan S2 dan siapa yang akan membiayai kuliah saya. Tes TPA berjalan lancar, begitu juga tes wawancara. Pandangan saya mengenai tujuan kuliah mulai terbuka saat salah satu penguji mengatakan bahwa tujuan program ini adalah menyiapkan peserta agar siap bersaing memperebutkan beasiswa kuliah di luar negeri. Plass,, saya kaget, pasti. Saya mulai mengurutkan informasi. Beasiswa S2-kuliah di luar negeri. Seketika saya girang bukan main. Jadi saya mau S2 di luar negeri?????


Kisahpun berhenti sejenak. Sembari menunggu pengumuman, saya iseng mencari-cari PT di luar negeri. Tujuan saya adalah Jepang, memang sejak SMP saya sudah bermimpi kuliah di Jepang. Tapi kata bulek, banyak orang Indonesia yang dapat beasiswa ke Australia. Maka sayapun coba search Universitas di Australia. Saat itu salah satu rekan kerja saya mengintip, lalu berkomentar, "Mau kuliah di Australia??" saya cuma tersenyum, "Cuma searching saja kok,,"

Akhirnya hari yang ditunggu tiba, saya termasuk dalam jajaran empat puluh peserta yang lolos dalam program Pembibitan alumni PTAI - baru saat itu saya tahu nama programnya, yang aneh, saya bukan alumni PTAI, hehe- singkat cerita sayapun meminta izin ke tempat saya bekerja untuk cuti tiga bulan guna mengikuti pembekalan. Begini kata saya waktu itu.
"Pak, yang saya izin tes S2 kemarin, ternyata lolos. Jadi saya izin cuti tiga bulan untuk ikut pembekalan. Saya tidak tahu apa setelah ini saya langsung dapat beasiswanya atau ada seleksi lanjutan, tapi kalo lolos saya kuliahnya di luar negeri, jadi saya gak bisa disini lagi." dan izinpun di dapat. Tanggal 15 Oktober 2012 saya berangkat ke Tangerang, tetap dengan ketidakjelasan program yang saya ikuti. Bukan salah programnya sebenarnya, tapi informasi yang saya terima memang terbatas. Saya sendiri ikut program ini dengan tiket khusus sebagai alumni Program Beasiswa Santri Berprestasi Departemen Agama. Sehingga meskipun saya bukan alumni PTAI saya tetap bisa mendaftar program ini.

Sampai di sebuah gedung bernama PUSTIKNAS, langkah saya berhenti. Disinilah saya akan menghabiskan waktu dua bulan setengah dengan untaian kisah yang membekas sepanjang tahun. Untuk Episode ini, saya tidak akan bercerita kisah saya mengikuti program Pembibitan ini, mungkin di episode selanjutnya :D.


Dan disinilah masalah bermula. Saya, sebagai sumber utama informasi telah meninggalkan kota lahir cukup jauh. Maka beritapun berkembang tanpa ada yang meralat atau meluruskan alur cerita yang semakin membunga. Entah darimana awalnya, karena setahu saya hanya tempat saya bekerja dan keluarga yang tahu masalah kepergian saya, gosip pun beredar yang menyatakan saya mendapat beasiswa S2 di Australia, dan sekarang sedang menempuh pembinaan di Jakarta, versi lain menyatakan di Malang. Berita ini terus menjalar dari tempat kerja sampai ke teman-teman, tetangga, bahkan PT saya dulu. Saya pun menjadi perbincangan ramai di kalangan anak-anak, remaja sampai orang tua. Yang lebih bermasalah, saya tidak tahu apapun tentang rentetan berita tersebut. Saya saja, sampai saat keberangkatan belum tahu apakah benar-benar mendapat beasiswa atau tidak, apalagi sampai tahu negara tujuan sekolah. Saya baru mendapat kejelasan saat sudah mulai pembinaan, bahwa program yang saya ikuti adalah program persiapan yang membina pesertanya di bidang bahasa inggris dan penulisan tesis supaya bisa bersaing memperebutkan beasiswa. Ternyata program ini bukan beasiswa S2 tapi hanya semacam program persiapan saja, sehingga tidak ada jaminan sama sekali alumni yang lulus dari program ini pasti kuliah di luar negeri.

Saya kecewa, tidak. Karena program ini lebih dari cukup untuk membuka peluang saya ke luar negeri. Yang justru membuat saya kecewa adalah saat murid saya telpon dan sms yang mengatakan bahwa mereka mendapat kabar kalau saya akan pergi ke australia dan meninggalkan mereka. Saat itu saya baru sadar kalau kepergian saya ternyata meninggalkan gosip yang menyebar luas. lebih kaget lagi saat tahu berita itu semakin bertambah panjang dengan informasi yang mengada-ada. Yang saya sendiri bahkan tidak pernah kepikiran akan mengarah ke sana.

Ternyata bukan hanya saya yang mengalami hal semacam itu, beberapa peserta juga megalami hal serupa. Maka beberapa hari menjelang kepulangan, kami dihinggapi rasa takut kembali ke kampung halaman. Takut dengan berbagai pembicaraan masyarakat sekitar. Tapi toh akhirnya kami tetap kembali, mengkonfirmasi berita yang beredar. Meski sampai satu tahun kemudian masih ada yang bertanya, "Jadi berangkat kapan ke Australia??" dieng,, kan saya sudah bilang kalau itu salah faham.

Yah, semoga ini menjadi pengalaman dan doa bagi kami. Dengan kejadian ini saya akan lebih berhati-hati dalam berbicara dan bersikap. Semoga suatu saat apa yang mereka perbincangkan benar-benar menjadi nyata, dan saya bisa menyelami kebudayaan negara lain dengan senyum kemenangan. Perjuangan ini masih panjang, tak ada hal indah yang mudah diraih. Maka jika kuliah di luar negeri indah bagi saya, seharusnya ada usaha yang lebih berat untuk menggapainya. Sampai jumpa di bawah guguran bunga sakura, di balik putaran kincir angin, dan di antara lompatan para kangguru.

3 komentar:

Unknown mengatakan...

semangat miel!
Semua yg indah memang harus di perjuangkan :-)

Miel, D'Smart Dimples mengatakan...

hei,, darimana mbak nuning tahu blogku????

Unknown mengatakan...

Dari bisikan burung2 yang bertengger di jendela kamarku.. *asseekk :D

Posting Komentar