Apa ini yang kau sebut kasih sayang? ketika jarak tak lagi jadi
penghalang...
Apa ini yang kau sebut persaudaraan? ketika jauhmu mendekatkan, dekatmu
mendamaikan...
Bertemu, berkumpul, menghabiskan
waktu bersama untuk kegiatan formal maupun non formal bukan hal baru lagi bagi
angkatan PK 43 LPDP RI yang dikenal dengan sebutan Jivakalpa. Kegiatan kopi
darat (kopdar) yang merupakan salah satu tugas pra PK (Persiapan Keberangkatan)
menjadi agenda rutin yang mempertemukan para awardee beasiswa LPDP RI dari daerah yang sama. Dalam beberapa
kesempatan, kopdar bahkan dilakukan bersama awardee
dari luar daerah. Kopdar menjadi sarana yang paling efektif untuk menyatukan
pemikiran, tujuan dan tentu saja hati. Para awardee
menjadi lebih dekat satu sama lain,
bahkan ada yang “terlalu” dekat. Bagi beberapa orang kopdar menjadi momen yang
pas untuk menghilangkan kepenatan di sela-sela aktivitas harian dan deadline
tugas pra PK. Mungkin itu sebabnya kopdar menjadi salah satu aktifitas yang
dirindukan, bahkan setelah PK berlangsung. Hal ini terjadi juga pada anggota
Jivakalpa. Ikatan hati yang terjalin selama pra PK dan PK rupanya cukup kuat
untuk menumbuhkan rindu yang menggerakkan kaki kami menuju kota gudeg, Jogja.
Belum genap satu bulan sejak
kegiatan PK berlangsung, kami kembali dipertemukan lewat kegiatan Sapa Sebatang
yang bertempat di dukuh Sebatang, desa Hargotirto, kecamatan Kokap, kabupaten
Kulon Progo, Jogja. Pertemuan ini menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu
setelah beberapa minggu tenggelam dalam permainan hati yang belum bisa move on dari kenangan-kenangan saat PK. Selama tiga
hari, terhitung sejak tanggal 30 Oktober hingga 1 November, lebih dari 20
anggota Jivakalpa menghabiskan hari-hari bersama di tengah harmonisasi alam
Sebatang.
Bercerita tentang Sebatang,
bayangkan saja sebuah perkampungan di daerah perbukitan dengan jalannya yang
naik turun terjal. Pohon-pohon tinggi menjulang memisahkan rumah-rumah yang bekelompok
dua-tiga bangunan. Jalan-jalan beraspal meliuk panjang menghampiri dinding
tebing, menyapa tepian waduk sermo yang berkilatan saat siang hari. Di pagi
hari, sinar lembut mentari mengantarkan bapak-bapak pemanen nira kelapa,
mengiringi ibu-ibu menyetorkan gula merah pada pengepul. Semua tentang Sebatang
terasa indah. Dan keindahan itu semakin semarak dengan kedatangan para abdi
bangsa.
Selama tiga hari, kami
menjalankan program bidang pendidikan dan kebudayaan Menyapa Indonesia berupa
pelatihan guru dan kader PAUD sebatang dan workshop kesenian jathilan. Kegiatan
ini dilaksanakan setiap hari dari pagi hingga siang. Dilanjutkan dengan
evaluasi panitia dan penampilan kesenian jathilan di malam hari. Kebersamaan menjadi
obat paling ampuh untuk melenyapkan rasa lelah. Ditambah dengan antusiasme
peserta dalam mengikuti rangkaian kegiatan.
Hari kedua di Sebatang, sebagian
anggota berencana untuk mengunjungi wisata kalibiru yang terletak tidak jauh
dari dusun Sebatang. Maka, selepas ashar rombongan yang terdiri dari dua mobil
dan beberapa motor melesat menuju puncak. Perjalanan terasa lebih panjang dan
menegangkan karena harus melalui jalan-jalan sempit dengan belokan tajam dan
berbatasan langsung dengan tebing curam. Belum selesai dengan itu semua,
rombongan harus berjalan kaki beberapa meter lagi menaiki jalanan dengan sudut
kemiringan yang cukup besar. Kaki terasa bertambah lemas setiap kali melangkah.
Namun semua itu terbayar dengan indahnya pemandangan di puncak kalibiru.
Tidak seperti namanya, kalibiru
sama sekali tidak memiliki unsur air di dalamnya kecuali hamparan waduk sermo
yang masih terlihat jelas dari kejauhan. Kalibiru menyajikan pemandangan alam
yang luar biasa indah. Permadani hijau yang berbatasan langsung dengan langit
biru. Spot pengambilan foto berupa panggung yang menggantung pada pohon di tepi
tebing memberikan kesan di atas awan.
Wajah-wajah khawatir, takut, dan
lelah selama di perjalanan menguap begitu saja. Berganti senyuman lembut yang
menyiratkan kebahagiaan dan kedamaian. Entah berapa puluh foto yang tercetak
saat itu. Rasanya setiap sudut dan detik di kalibiru sayang untuk tidak
diabadikan. Kami menghabiskan waktu di sana hingga matahari tenggelam.
Menyaksikan sunset bersama
sahabat-sahabat terbaik menjadi momen yang teramat berharga bagi kami.
Hari terakhir di Sebatang diisi
dengan workshop kesenian jathilan yang diikuti oleh seniman lokal dukuh
sebatang. Workshop dilanjutkan dengan latihan yang disaksikan langsung oleh
anggota Jivakalpa yang hadir saat itu. Beberapa anggota bahkan ikut menari
bersama para penari. Sekitar pukul 2 siang, acara ditutup dengan foto bersama
para seniman jathilan. Saat itu juga menjadi akhir kisah di dukuh sebatang.
Menyisakan kesan mendalam dan rasa rindu ingin kembali.
Dalam perjalanan pulang, kami
mampir ke sebuah rumah makan dan menuntaskan kebersamaan hari itu. Riuh canda
tawa puluhan kepala mendominasi keramaian rumah makan. Makan bersama dalam satu
atap, saling berbagi dan berebut. Penutup yang sempurna untuk deretan cerita
selama tiga hari di Jogja. Tiga hari penuh makna, tiga hari bersama
sahabat-sahabat tercinta.
Tulisan ini dapat dilihat juga di Senyum Hijau dari Sebatang
Tulisan ini dapat dilihat juga di Senyum Hijau dari Sebatang
1 komentar:
Grand Sierra Resort Casino Resort - Mapyro
Grand Sierra Resort Casino Resort is located 양산 출장안마 in a community of 2.1 mi 김해 출장안마 from 안산 출장안마 Gold Coast 충주 출장샵 Convention Center. The resort 태백 출장마사지 features over 1,000 slot machines, Rating: 2.7 · 19 reviews
Posting Komentar