Sepenggal kisah di Pondok Pesantren
“Raih berkah Menuju Fitrah”. Enam orang santriwan dan enam orang santriwati
ditakdirkan Sang Pemilik hati untuk bertemu menjadi sutradara sebuah Mega Film
Pembangun Jiwa “Ramadhan di Kampus 1431 H” .
Tidak kurang dari enam bulan mereka berkutat merajut kisah demi kisah
menjadi rentetan skenario yang siap dijalankan tepat pada bulan Ramadhan 1431
H. Dari suara yang terpantul di balik
hijab coklat, sedikit demi sedikit mereka akhirnya mampu menyelami karakter
masing-masing. Perselisihan dan perbedaan pendapat menjadi jajaran warna
kontras yang menyusun pelangi RDK’31. Karena mereka dicipta untuk saling
mengisi dan menguatkan.
===============================================================
***
Lounchin SC
Kring,,,kring,,,
Suara itu berasal dari HP N2610 warna merah milikku. Meski banyak teman yang
menyarankan untuk segera mengganti atau bahkan membuang HP butut itu, aku cuek
saja. Bagiku yang terpenting dia masih bisa menjalankan fungsinya sebagai alat
komunikasi, minimal telpon dan sms. Kupencet salah satu tombol yang kemudian
merubah tampilan layar menjadi deretan huruf bersambung, sms dari mas Novan,
ketua departemen kaderisasi.
Akh, antm jd SC RDK 31 ya. An sdh
bilang k ms imam n murobbi antm. Mrk se7 jk antm mnjdi SC RDK 31. Gmn, antm bsa
kn?
Nah lo, mendadak banget. Belum selesai amanah yang satu amanah yang lain
sudah menyusul. Tapi, kita kan nggak
boleh menolak amanah. Keyakinan itu
yang kemudian mengantarkan jemariku mengetik sebuah sms dua jam kemudian.
Iy ms, an tsiqoh sma antm, aplgi ms
imam n ms anjaya sdh spakat klo an jd SC RDK. InsyAllah an akn mnjalnkn amnah
tsb smaksiml mgkn
Beberapa hari kemudian, aku
menghadiri acara lounching SC
kegiatan besar JMMI (Jama’ah
Masjid Manarul Ilmi), lembaga dakwah kampus ITS. Saat itu ada dua kelompok SC
kegiatan besar yang akan dilounch,
RDK’ 31 dan GMAIL (Gebyar
Manarul Ilmi). Detik terasa begitu berarti ketika satu persatu nama
kami disebut sebagai pemegang tinta sejarah RDK tahun ini. Syukri,yang kemudian
terpilih menjadi koordinator SC ikhwan. Disusul Azam, Adi, Asfa, Sadya dan aku,
Danu. Sementara di kubu akhwat terpilih Mia, Tari, Fitri, Imah, Aulia dan Ifah.
Mereka adalah orang-orang terpilih yang memiliki latar belakang amanah
cukup padat. Tidak heran kalau beberapa
waktu setelah pemilihan, diadakan
resuffle SC dengan mengganti beberapa anggota ikhwan dan akhwat yang kebetulan
sedang memegang amanah cukup besar di lini lain. Sadya digantikan oleh Unang,
sementara Diana dan Laila menggantikan posisi Aulia dan Ifah yang sedang
berperan dalam kelangsungan Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus Nasional
(FSLDKN) di Ambon.
***
Syuro perdana,
Ditemani semilir angin senja, kami menggelar syuro (rapat) perdana SC RDK’
31. Ada getar di hati kami mengingat ini adalah langkah awal perjalanan panjang
yang akan menguras waktu dan tenaga. Alunan tilawah mengalir merdu dari salah
seorang ikhwan. Menjadi penyejuk
hati yang membuat kami yakin bahwa selalu ada Sang Maha Penolong yang akan
mengiringi langkah kami di jalan ini.
Diskusi panjang yang berawal dari perkenalan diri, kesibukan masing-masing
hingga meruncing pada segala hal yang berkaitan dengan RDK memenuhi syuro’ sore
itu.
“Oh iya, untuk PR kita hari ini adalah mencari pengalaman SC RDK tahun
lalu, bisa dari RDK 29 atau RDK 30.” Kata Syukri di akhir syuro. Ia lantas
menyebutkan beberapa nama mantan SC ikhwan RDK’ 29 dan 30.
“Klo akhwat, yang ana tau ada ukhti Lu’im dan ukhti Memik.“ kataku menimpali.
“Iya, kita gali sebanyak-banyaknya pengalaman mereka. Kita ambil baiknya
dan kita sempurnakan kekurangannya, jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang
sama. Ingat surat Al Asr kan?” tambah Adi.
Cukuplah Allah yang menjadi saksi seberapa besar tekad kami untuk
memperjuangkan pilar dakwah Islam lewat RDK’ 31. Sang surya merangkak perlahan
menuju peraduannya. Menyisakan semburat jingga yang menyusup lewat celah-celah
bangunan masjid manarul ilmi. Menyelimuti tiap insan yang tengah tertunduk
khidmat mendengarkan taujih singkat di penghujung syuro’.
***
Syuro kedua,
Syuro menjadi hal terpenting dalam perjalanan kami. Setidaknya aktivitas
ini berlangsung lebih intens dibanding aktivitas yang lain. Kami mengagendakan
satu kali dalam seminggu untuk syuro komunal. Namun intensitas ini terus
bertambah seiring dengan semakin banyaknya hal-hal yang harus kami persiapkan
menjelang bulan Ramadhan, dari mulai pembagian joobdesc, pencarian dana, open
recrutment OC (Organizing Committee)
dan masih banyak hal-hal lain yang lebih spesifik.
Syuro hari ini menghasilkan keputusan untuk membagi SC menjadi beberapa
sie, diantaranya : Syukri dan Mia sebagai koordinator, Aku dan Fitri memegang
sie. Kaderisasi, Adi dan Diana sie Publikasi, Azam dan Tari sie dana, ‘Asfa dan
Imah sie admin, Sadya dan Laila sebagai bendum.
Meski demikian, pembagian ini sama sekali tidak bermaksud untuk membatasi kerja
kami. Setiap orang berhak bahkan wajib membantu sie lain yang membutuhkan
bantuan. Pembagian ini hanya ditujukan untuk memudahkan jalannya RDK dan siapa
yang bertanggung jawab disana.
Ujian pertama datang saat Adi menyatakan bahwa ia harus menjalankan kerja
praktek di luar kota selama hampir dua bulan.
“Ana mungkin tidak bisa banyak membantu di RDK secara langsung. Tapi
insyaAllah ana masih bisa membantu dari jauh. Setiap hari Sabtu sampai Ahad ana
akan kembali ke Surabaya sehingga bisa membantu teman-teman di sini.”
Meski sedikit kecewa, kami akhirnya bisa menerima keadaan ini. Bagaimanapun
juga kuliah praktek merupakan amanah akademik. Seandainya kami ada di posisi
Adi, kemungkinan besar kami juga akan melakukan hal yang sama. Satu hal yang
kami pelajari hari ini. Kami harus berlatih untuk saling memahami kondisi
masing-masing. Dengan demikian, tidak akan ada dzon-dzon tidak baik yang bisa menurunkan porsi keikhlasan kami.
***
Waktu berlalu, hari-hari
terus berlari menyisakan setumpuk tugas yang harus kami kerjakan dengan
kekuatan ekstra. Entah kenapa kami belum bisa mencegah munculnya masalah klasik
dalam sebuah kepanitiaan, kehilangan SDM di saat kami benar-benar
membutuhkannya.
Bagai mengemban beban
yang teramat berat, kami berjalan tertatih dengan memaksimalkan SDM yang
tersisa. Saat ini ingin rasanya aku menyerah. Mengingat amanah yang kuemban
bukan hanya di RDK. Selain tugas akademik yang kali ini mengambil porsi 24 SKS,
masih ada amanah lain di HIMAGE (Himpunan Mahasiswa Geomatika) dan GIS (Geomatic Islamic Study).
Menjadi bagian dari
jurusan geomatika ternyata tidak mudah. Jurusan memetakan permukaan bumi
dengan menggunakan GPS, theodolit, waterpass atau total station itu semua
praktikumnya berlangsung di luar alias di lapangan. Tidak cukup sampai di situ,
beberapa kali aku harus
menggoreskan butiran-butiran lembut batang grafit di lembaran kertas A0 demi
menghasilkan representasi hasil praktikumku, lengkap dengan kontur dan
titik-titik acuan.
Sebagai pemegang sie.
Kaderisasi di RDK, aku merasa bertanggungjawab penuh dengan semakin
berkurangnya OC yang bisa berkontribusi. Meski hal ini bukan sepenuhnya
salahku. Liburan semester yang jatuh menjelang bulan Ramadhan menjadi faktor
utama menghilangnya beberapa OC.
Miris aku menyaksikan teman-teman
SC pontang-panting menyelesaikan tugas masing-masing. Kelompok-kelompok OC yang
sudah aku bagi ke dalam tiap sie tidak bisa difungsikan dengan baik. Berbagai
jenis publikasi yang membutuhkan sentuhan desain tetap harus mengantri manis di
ujung kreatifitas SC publikasi. Hal-hal bersifat administrasi masih tetap membekas
nyeri di jari-jari SC admin. Masalah dana jangan ditanya lagi, perjalanan jauh
bukan lagi menjadi alasan untuk tetap stagnan menunggu kucuran dana. Debu
beterbangan, kilatan aspal yang menyilaukan bahkan panasnya sengatan matahari
yang menusuk pori-pori tak kan mampu menyurutkan niat kami mendatangi
sumber-sumber dana.
Waktu persiapan kegiatan
kian menyempit, namun masih banyak hal yang belum terselesaikan. Dana terkumpul
masih jauh dari anggaran dana yang mencapai ratusan juta. Pembicara di beberapa
acara seperti tarawih dan kajian belum bisa dipastikan. Beberapa konsep
kegiatan bahkan masih alot diperdebatkan.
Di tengah kekacauan dan
kekhawatiran ini, masalah lain timbul ketika hampir semua pengurus harian JMMI
sedang dalam tugas kerja praktek di luar kota. Sosok yang seharusnya menjadi
tempat kami bertanya, menguatkan dan menyemangati kami menghadapi permasalahan
RDK bisa dikatakan vakum.
Dalam kondisi lelah, api
semangat seringkali berubah menjadi emosi yang mencuat dalam syuro-syuro
panjang. Diskusi yang berjalan lebih mirip perdebatan abstrak tanpa ujung.
Tidak ada solusi, hanya adu pendapat yang justru membuat masalah makin runyam.
Tekanan fisik, pikiran
dan bathin akhirnya merobohkan pertahananku. Aku divonis terkena demam berdarah
dan harus opname di rumah sakit beberapa hari. Jumlah trombositku anjlok hingga
angka 90.000an, padahal jumlah normal berkisar antara 180.000-250.0000.
Saat inilah aku mulai
menyadari pentingnya ukhuwah. Allah mengirimkan hamba-hambaNya untuk menemani
dan mengurus segala keperluanku selama sakit. Teman-teman kontrakan yang kami
sebut Al-Faruqi tanpa pamrih bergantian menjagaku hingga keluargaku datang pada
hari kedua.
Selama rentang waktu dua
minggu, aku sama sekali tidak tahu menahu tentang RDK. Terhitung sejak opname
di Rumah Sakit Haji Surabaya selama satu minggu dilanjutkan dengan pemulihan di
Tangerang, tempat asalku.
***
Kondisiku akhirnya
membaik, tapi tidak demikian dengan RDK. Mendekati bulan Ramadhan, permasalahan
yang kami hadapi justru semakin kompleks. OC yang bisa diberdayakan hampir
tidak ada.
Allah
tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya. (Al-Baqoroh ; 286)
Dengan keyakinan akan
janji Allah, aku berusaha tetap melangkah bersama teman-teman yang lain. Saat
itu RDK hanya tinggal sekitar dua bulan lagi. Kami para SC
memang harus siap dengan segala kondisi terburuk. SC dana yang dikomandoi oleh
Akh Azam harus turun tangan sendiri mengantar proposal ke perusahaan-perusahaan
yang ada di Surabaya dan sekitarnya, bahkan hingga Gresik. Aku salut dengan apa
yang dilakukan akh Azam. Dalam tempo satu bulan, sebagian besar proposal sponsorship
sudah tersebar. Padahal kami membuat 70 proposal untuk 70 perusahaan.
Aku tidak tinggal diam.
Sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap SDM RDK, aku berusaha membuat
strategi untuk memaksimalkan SDM yang ada. Satu persatu SDM ikhwan yang
berjumlah 77 orang aku sms. OC yang awalnya dibagi ke dalam 5 sie dilebur
menjadi 2 sie, sie. Publikasi dan sie. Dana. Untuk saat ini, dua sie itu yang
cukup krusial.
Melihat kondisi RDK yang
tidak kunjung membaik, pengurus harian JMMI akhirnya turun tangan. Setelah
menyelesaikan tugas kuliah praktek masing-masing, mereka memutuskan untuk
menyokong kegiatan RDK’ 31 lewat program kerja departemen. Dengan demikian
pengurus departemen terkait bisa membantu panitia untuk menjalankan kegiatan-kegiatan
RDK’ 31.
Awalnya ide ini berjalan
lancar, hingga hari itu datang. Seperti biasa, kami, SC RDK menggelar syuro
rutin untuk mengevaluasi perkembangan RDK.
“Entah teman-teman
menyadari hal ini atau tidak. Tapi, ana dan teman-teman akhwat merasa kita
sudah kehilangan RDK.” Kata suara dibalik hijab.
“Maksudnya?” tanyaku
bingung.
“Dari awal, kita sudah
mengonsep RDK sedemikian rupa dengan mempertimbangkan segala hal yang mungkin
terjadi. Tapi sekarang, kegiatan yang sudah kita konsep dengan matang tiba-tiba
diambil alih oleh departemen di JMMI. Memang mereka beralasan untuk membantu
kita, tapi apa teman-teman tidak sadar kalo mereka memanfaatkan dana RDK untuk
mendukung kelangsungan proker mereka.”
“Tapi Ukh, kita memang
tidak mampu menjalankan semua kegiatan RDK sendiri. Jadi apa salahnya kalau
kegiatan ini digabungkan dengan kegiatan departemen yang bertujuan sama.
Misalkan saja, di kaderisasi ada proker
temu kader dan RDK punya Pro-U (Program Ukhuwah) yang tujuan dan
sasarannya sama. Departemen Huga (Hubungan kelembagaan) juga memiliki proker
yang hampir sama dengan kegiatan Salleb (Salam Lebaran). Toh RDK juga milik
JMMI.” Tegasku
Akhwat lain menyahut,
“Yah, membantu. Tapi bukan berarti menghilangkan nama RDK di kegiatan tersebut
kan? Secara tidak sadar mereka mengambil alih kekuasaan di kegiatan-kegiatan
RDK. Misalkan saja salleb, kita sama sekali tidak tahu menahu tentang pembuatan
kartu lebaran dan souvenir. Tiba-tiba saja bendahara dimintai uang 500 ribu
untuk pencetakan kartu.”
Sesaat suasana hening,
hingga sebuah suara dengan aksen khas memecah kebisuan.”Ana bisa memahami
kekhawatiran teman-teman. Tapi jujur, ana sangat terbantu dengan adanya bantuan
dari departemen-departemen JMMI di kegiatan RDK. Misalkan saja kegiatan yang
ana pegang, biorama (bioskop Ramadhan). Ana sangat terbantu dengan teman-teman
BPU (Badan Peduli Umat) yang menggabungkan kegiatan Ramadhan Ceria untuk
adek-adek binaan JMMI dengan biorama. Mereka membantu kami membuat konsep dan
bersedia untuk menghandle acara pada saat hari-H. Kita hanya perlu membantu di
masalah keuangan saja.”
Syuro sore itu tetap
meninggalkan kesalahpahaman yang berlarut-larut. Perselisihan antara pengurus
harian dan SC RDK akhwat terus berlanjut dan semakin memanas. Kondisi fisik
yang letih diperparah dengan suasana hati penuh kekhawatiran melemahkan kontrol
emosi kedua pihak. RDK dan segenap pejuangnya tengah mengalami puncak kejenuhan.
Jalan dakwah memang
berat, namun Allah tidak akan pernah membiarkan hamba yang memperjuangkan
agamaNya terpuruk dalam keputusasaan. Maka, kejutan-kejutan di luar nalar kami
perlahan muncul. Menjelma butiran embun yang menyejukkan hati. Meruntuhkan kemarahan
dan membuka pikiran.
Dimulai dari kucuran
dana yang kian membanjir hingga melampaui target. Keberhasilan di beberapa
kegiatan yang dibuktikan dengan antusiasme peserta hingga melimpahnya jumlah
SDM yang telah mengakhiri masa liburannya.
Satu persatu kegiatan
RDK berjalan meniti detik-detik bulan penuh berkah. Lelah yang sempat hinggap
menguap begitu saja melihat senyum merekah para jamaah. Setidaknya kami sempat
mendengar komentar jamaah yang menyatakan bahwa pelayanan RDK’ 31 lebih baik
dari tahun-tahun sebelumnya.
Mereka tidak perlu tahu
titik-titik hitam yang mengiringi perjalanan RDK’ 31. Karena toh akhirnya,
keikhlasan dan pengorbanan seluruh pejuang RDK’ 31 mampu menguntai titik-titik
itu menjadi pola yang begitu indah. Mengantarkan insan meraih berkahNya demi
mencapai fitrah.
Dalam renung panjang sisi kehidupan
Menelusup lembut bayang kerinduan
Mengantarkanku pada masa perjuangan
Meniti manis pahit persaudaraan
Yang selalu dalam ingatan,
Detik juang RDK’ 31
Oleh : Kukuh Danu Permadi
2 komentar:
seperti pernah menjumpai tulisan ini, dimana ya...
oh ya? sepertinya malah anda yang jadi pemeran utama dalam tulisan itu,,
Posting Komentar